31 September lalu, di Sulewasi, terdapat peristiwa kebakaran yang dahsyat yang menyebabkan sebuah hutan hampir habis terbakar. Banyak korban jiwa dalam kejadian ini khususnya adalah keluarga pohon jati, karet, dan mahoni.
Kebakaran ini merupakan suatu bencana besar bagi warga hutan tersebut. Beberapa hewan pun banyak yang menjadi korban jiwa.
Menurut Noeroel, sebuah pohon karet yang menjadi saksi yang kami wawancarai, kebakaran ditimbulkan karena adanya sambaran petir yang mengenai pohon jati tertinggi, Syahem. Syahem pun sampai sekarang masih belum dapat menyadarkan diri.
Saat diwawancarai, Noeroel pun masih merasa syok atas kejadian itu. Beberapa pohon sempat dicoba dilarikan ke rumah sakit namun banyak yang tidak dapat diselamatkan.
Para petugas pemadam kebakaran dari KTGS (Kesatuan Teratai dan Ganggang Semprot) mengaku kewalahan dalam memadamkan api yang begitu besarnya. Para petugas akhirnya dapat memadamkan api setelah ada bantuan udara dari KMPK (Kesatuan Merpati Pemadam Kebakaran) yang menembakkan rudal air ke hutan tersebut.
Komesaris Pemimpin Hutan Widyo Wadodo yang merupakan sebuah pohon mahoni sangat menyayangkan akan adanya kejadian ini. Widyo mengaku bahwa beliau sudah berulang kali menyuruh Syahem untuk tidak lagi FITNESS karena tubuhnya sudah terlalu tinggi.
Terlebih lagi Syahem adalah bintang basket di hutan itu. Padahal Widyo sendiri sangat rajin memangkas “rambutnya” agar tidak terlalu tinggi menjulang ke langit. Hal serupa ditegaskan oleh Menbakar (Menteri Kebakaran), Hasyim Uhuk Uhuk, sebuah pohon mahoni, yang mengatakan pohon yang terlalu tinggi akan menjadi sasaran petir yang akan menyambar. “Pohon yang tinggi merupakan sasaran baik yang digunakan petir untuk menyalurkan elektron ke tanah” kata pohon yang telah lulus S3 Jurusan Sains di Kembrit University ini.
Banyaknya korban jiwa dan luka – luka masih belum dipastikan dan kerugian ditaksir sekitar 20 ribu linting daun ganja atau sekitar 100 juta rupiah.
-JFL-
-JFL-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar